Remaja dan Permasalahannya : Pacaran
Disusun oleh :
Delta El Kamal
51416793
1IA12
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Informatika
Universitas Gunadarma
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan makalah ini yangalhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “Remaja dan Permasalahannya : Pacaran”.
Makalah ini berisikan tentang informasi meningkatkan
rasa percaya diri, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang pacaran diusia remaja itu seperti apa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
01 Desember 2016
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pacaran
B. Penyebab Pacaran di Usia Remaja
C. Dampak Pacaran di Usia Remaja
D. Dampak Pacaran Terhadap Prestasi
belajar
E. Cara Menghindari Dampak Negatif
Dalam Pacaran Di Usia Remaja
F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak.
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 11 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu
periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun
hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia
remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit
juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik,
bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai
identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran
merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu
definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifiniskan
pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau
pacaran hanya sebagai label “saya punya pacat dan mendogkrak percaya diri”.
Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya
seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup untuk
definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pacaran?
2. Apa penyebab pacaran usia remaja?
3. Apa Saja dampak pacaran pada diusia
remaja?
4. Apa Saja dampak berpacaran terhadap
prestasi belajar?
5. Bagaimana kiat-kiat menghindari
dampak negatif dalam pacaran di usia remaja?
6. Siapa pembimbingan remaja yang berpacaran?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu pacaran .
2. Agar dapat mengetahui apa penyebab
pacaran usia remaja.
3. Agar dapat mengetahui dampak apa saja
kalau pacaran pada usia remaja.
4. Menganalisa dampak postif dan
negatif berpacaran saat remaja terhadap prestasi belajar.
5. Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari
dampak negatif dalam pacaran di usia remaja.
D. Manfaat Makalah
1. Bagi kalangan remaja yang belum
mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini dapat di jadikan sebagai
masukan dan pengetahuan.
2. Bagi orang tua penelitian ini dapat
dijadikan sebagai pencerahan bagaimana membimbing anak-ankanya saat berpacaran
yang baik.
3. Memahami dengan baik dampak positif
yang di dapatkan berpacaran saat remaja.
4. Memahami dengan baik dampak
negatif yang di akibatkan berpacaran saat remaja dan di harapkan
untuk menjauhi dan menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pacaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman
lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih.
Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar).
Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar. Sementara
kencan sendiri menurut kamus tersebut (lihat halaman 542) adalah berjanji untuk saling
bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian
kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada
kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang
sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi
persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang
semestinya tidak mereka lakukan.
Menurut DeGenova & Rice (2005)
pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu
dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu
sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang
antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar
utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa
pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam
konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya
orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman,
1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi
berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda
yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa
pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka
memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya
perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam
Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang
diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman
meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan
informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure)
menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di
atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama
yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri)
serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan
tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain
sebagai pertimbangan sebelum menikah.
B. Penyebab Pacaran Di Usia Remaja
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini
tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi para
remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah
para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti
pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan
diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja
sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua.
Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar
merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut
untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya
pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak
kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan,
makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Akan tetapi, jika tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari
kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya
berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup
memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
C. Dampak Pacaran Di Usia Remaja
1.
Dampak
Positif
a.
Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi
dengan pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang
dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang
baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan
kita.
b.
Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau kita perhatikan
apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak
cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa
mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai.
Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi
sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih
menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya
untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan
satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja
mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari
karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri
tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan
emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran – tentunya dia sudah
berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah
pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain.
Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan
keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang
anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).
2.
Dampak
Negatif
a.
Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama
menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia
dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan
tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui
adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di
antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak
remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu
sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak
sebagai bentuk perhatian.
b.
Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran
adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan
kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual
terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal
dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat
korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah
bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba,
kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c.
Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak
usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga
lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah
pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi
yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya
remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja
itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat
rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk
seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya
ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih
dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih
atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau
makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul
penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan
mengalami masalah dalam berhubungan dengan pasangan lebih dulu memiliki
pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu memicu
perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d.
Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini
mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual.
Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko
paling tinggi untuk tertular PMS.
Sekedar mengingatkan bahaya
kehamilan pada remaja:
1.
Hancurnya
masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
2.
Remaja
wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena
jiwa dan fisiknya belum siap.
3.
Pasangan
pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4.
Remaja
wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi,
tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit dan
pendarahan yang hebat.
5.
Pengguguran
kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan
dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar
dapat dihukum berat .
6.
Bayi yang
dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.
7.
Jadi bahan
pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
8.
Stress berkepanjangan
dan bisa jadi gila.
e.
Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja
telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi
labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga
remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya
dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja
tersebut.
f.
Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang
yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya
untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.
D.
Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa) pacaran
merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh para remaja
(siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar,
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain
contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa
yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena
pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus
untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang
berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar
dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di
sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang
ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh
lainya.
Berpacaran dapat pula membuat
prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat belajar
antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang
siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari
pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia
akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama
dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana
apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya
maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi
dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga
dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang
sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari
karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa
dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang
remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari guru
terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan
terhindar dari sisi negatif yang di timbulkan.
E. Kiat-Kiat Menghindari
Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja
a)
Hati-hati
berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan”
maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini
adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan.
Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas
seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan
hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya
diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang
cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian
penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh,
mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak
terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa
berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari
aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual
tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual
akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
b)
No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika
pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja
putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi !
Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan
kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam
masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita,
keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan
dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput
daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui .
Ingat !!!
c)
Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem
dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat
berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu,
“Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman
dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d)
Kiat Sadar
Diri
1.
Niatkan
bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar
untuk memahami karakter lawan jenis.
2.
Hindari
pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung
untuk aktivitas seksual.
3.
Hindari
makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4.
Hindari
bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5.
Jangan
dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran
yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur
yaitu sebagai berikut:
1.
Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran.
Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
2.
Sehat
Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan
nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri
dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan
baik.
3.
Sehat
Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya
hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di
lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
4.
Sehat
Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling
menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan
aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat (kissing),
berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks. ” SAY NO TO SEKS “.
F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran
Bagaimanapun seorang remaja(siswa)
yang berpacaran, berpacaran memiliki dampak negatif yang lebih banyak di
bandingkan dampak postifnya oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat
di perlukan untuk membimbing para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku
negatif yang ditimbulkan berpacaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah memantau dan selalu
mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu yang tepat atau
tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat mereka
tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya,
selain itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh
agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya sehingga perilaku negatif dapat
dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat
berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang siswa dimana guru
merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan ibu,peran
guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi
belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada
siswa dan tak lupa mengajarkan bagaimana berpacaran yang baik dan tidak
melupakan kewajiban belajaranya selain hal tersebut seorang guru dapat pula
mengajarkan mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama sehingga
mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada saat
berpacaran.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara
usia dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk
mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa
dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri selain
itu peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam
perilaku-perilaku tidak biak yang ditimbulkan.
B.
Saran
Sebaiknya pacaran itu tidak
diperlukan dalam melakukan hubungan pada saat remaja, hendaknya seorang remaja
fokus untuk belajar dan meraih cita-cita, menyadari dalam berpacaran usia remaja
ini selayaknya belum mencukupi dan belum matang untuk hubungan yang lebih
serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal yang dibutuhkan.
Daftar
Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran
http://id.scribd.com/doc/96548972/Dampak-Positif-Dan-Negatif-Pacaran-Bagi-Remaja
Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa”. Retrieved Desember 10, 2013, from
anneahira.com/Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa.htmlp
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10,
2013, from Makalah Bahasa Indonesia Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja ~
Pusat Sekolah.htm